Selamat datang di Blog Dunia Pendidikan dan Kelas Ekonomi (Jangan Lupa Ikuti Yaa)..







Minggu, 12 Desember 2021

KEMBANG KEMPIS HYBRID LEARNING SEKOLAH PEDESAAN

(Penggunaan Learning Management System (LMS) dalam Manajemen Kelas)


Learning Management System (LMS) merupakan senjata paling ampuh Pendidikan di era pandemi covid -19 ini untuk mencegah terjadinya learning loss bagi putra-putri penerus bangsa di seluruh Indonesia dan mempertahankan keberlangsungan kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien agar tujuan Pendidikan tetap dapat tercapai meskipun dalam kondisi keterbatasan. Ada banyak pilihan platform mengajar yang tersedia untuk dijadikan sebagai tools manajemen kelas berbasis virtual dalam upaya menyambung komunikasi dan interaksi pembelajaran dengan peserta didik seperti Microsoft Teams, Moodle, Whats App, guruinovatif.id, www.kocoschools.com, classpoint, google classroom dan masih banyak lagi. Setiap platform tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing karena apapun di dunia ini sudah menjadi peribahasa dan seperti hukum alam bahwa tidak ada gading yang tak retak.

SMA Negeri 1 Tuntang adalah sekolah pinggiran berlokasi di pedesaaan tepatnya di Desa Delik Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang berada di atas gumuk desa dan merupakan tanah bengkok dari kepala desa dengan topografi wilayah naik turun yang dapat dikatakan provider internet harus membangun Menara agar dapat menangkap sinyal sehingga kegiatan sekolah termasuk diantaranya kegiatan belajar mengajar berbasis jaringan internet dapat berjalan dengan baik dan lancar. Sekolah memilih menggunakan platform mengajar yang paling ringan secara jaringan, mudah, free, sederhana dan friendly yaitu google classroom mengingat bahwa tenaga pendidik di sekolah beragam dengan prosentase 50% guru muda dan 50% guru senior dimana sudah lazim bahwa guru senior Sebagian besar agak kesulitan dalam menggunakan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran apalagi jika menerpakan platform mengajar yang agak rumit.






Gambar 1 Lingkungan SMA Negeri 1 Tuntang Kabupaten Semarang

Metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah menggunakan hybrid learning yaitu pembelajaran dengan sistem mix antara metode pembelajaran daring atau online terjadwal selama 6 hari dengan 90 menit per jam pelajarannya digabungkan dengan metode pembelajaran pertemuan tatap muka untuk beberapa jam di dalam kelas yang dilaksanakan secara konvensional selama 3 jam tiap kelas dalam 1 hari selama 5 hari kerja. Sekolah memaksimalkan kegiatan belajar mengajar daring menggunakan platform mengajar Google Classroom sebagai prioritas pertama transfer knowledge kepada peserta didik. Sekolah memilih menggunakan Google Suite sebagai pusat data dan kegiatan pembelajaran bekerjasama dengan provider internet terbaik di kota Salatiga dikarenakan lokasi sekolah yang berada di pedesaan. Hal ini dilakukan karena sekolah menyadari bahwa tugas utamanya yaitu mencerdasakan kehidupan bangsa yang dalam hal ini adalah peserta didik sebagai pusat penerima layanan Pendidikan maka apapun dilakukan agar tujuan ini tercapai termasuk menggunakan provider internet terbaik meskipun dalam pelaksanaannya banyak kendala yang ditemui seperti misalnya sinyal, perangkat android, kuota, kebiasaan dan kendala tekhnis lainnya yang dialami peserta didik. Segala hal dilakukan agar peserta didik terlayani dalam pembelajarannya misalnya memperkuat google suite dan bandwith, membantu kuota, membantu perbaikan android, memberikan pengarahan, motivasi dan pemantauan, menyediakan computer di sekolah dan masih banyak lagi hal lain yang diberikan agar kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan baik secara rutin. Kerjasama antara seluruh stakeholder sekolah yaitu manajemen sekolah dan guru, orang tua, komiter, masyarakat harus maksimal agar peserta didik tetap bisa belajar dengan baik selama masa pandemic.

Khusus terkait dengan Platform mengajar Google Classroom sekolah mencoba melakukan inovasi menggunakan model satu akun google suite untuk semua kelas bukan dengan model satu akun guru satu pelajaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan menghemat memori android, meringankan beban kerja android, menghemat kuota, mempermudah manajemen kelas dan tentunya mempermudah proses belajar siswa karena struktur kelas lebih simple dan friendly bagi peserta didik dan guru tentunya.





Gambar 2 Akun Pusat Data G-Suite Kelas SMAN 1 Tuntang

Dengan menggunakan model ini pada android peserta didik hanya muncul 1 kelas saja sesuai kelas dimana peserta didik berada dan di dalamnya terdapat daftar guru dan siswa di dalam kelas bahkan kepala sekolah dan tim kurikulum sebagai pemantau KBM, struktur mata pelajaran yang diikuti meliputi presensi/daftar hadir, materi pembelajaran, tagihan kegiatan belajar seperti tugas, kuis dan pertanyaan, interaksi komentar antara guru dan siswa, pengumuman penting, dan tentunya penilaian hasil belajar siswa secara rutin. Semua kegiatan sekolah bisa masuk dalam 1 akun saja.






Gambar 3 Tampilan Kelas Android Peserta Didik

Kegiatan belajar mengajar daring pun dapat dilaksanakan secara interaktif dan kreatif baik secara asynchronous dalam bentuk penugasan-penugasan yang variative ataupun secara synchronous melalui media Google Meet.




Gambar 4 Tampilan G-Meet Tatap Muka Ketika Pembelajaran


Melalui Google Meet kegiatan pembelajaran agar tidak membosankan bisa diselipkan di awal pembelajaran dengan ice breaking sederhana misalnya tebak judul lagu nasional lewat video di youtube. Kegiatan apersepsi pembelajaran bisa dilakukan dengan memberikan pre-test sesuai materi lewat game quizziz sehingga peserta didik terpacu untuk mendapat skor tertinggi yang tampil di layar meet dalam bentuk rangking yang salip-menyalip selama cukup 3-5 menit saja. Setelah itu kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan sesuai scenario yang termuat di dalam RPP daring kurikulum darurat bisa diawali dengan guru memberika stimulan terkait materi menggunakan video pembelajaran yang kita buat sendiri lalu diupload ke channel youtube pribadi dilanjutkan presentasi menggunakan power point, menambahkan referensi dengan link-link di internet terkait dengan materi bisa berupa berita-berita, jurnal sederhana untuk menyentuhkan peserta didik dengan dunia nyata tentunya masih terkait materi. Setelah memberikan ragam materi peserta didik dapat berdiskusi lewat breaking room sesuai kelompok ataupun diskusi mandiri dengan terlebih dahulu guru memberikan masalah diskusi untuk dipecahkan. Yang menariknya disini adalah terkadang waktu untuk berdiskusi tidak cukup karena jam pelajaran efektif sekitar 60 menit dari 120 menit yang tersedia dikarenakan sudah lazim guru harus menunggu anak-anak masuk sekitar 15 menit baru bisa 75% siswa masuk room meet. Belum lagi terkait dengan judul tema ini Kembang Kempis bahwa peserta didik yang rata-rata peserta didikd an orang tuanya yang ekonominya menengah ke bawah tentu akan menjerit jika kuota habis untuk pertemuan tatap muka online yang menyedot kuota besar maka guru tidak memaksimalkan waktu selama 2 jam untuk full tatap muka. Selebihnya materi bisa diberikan dalam bentuk recording meet atau secara asinkron dengan upload di Google Classroom sesuai jadwal dan mata pelajaran. Oleh karena itu kelanjutan diskusi bisa dilaksanakan pada minggu selanjutnya sembari memberikan kesempatan peserta didik untuk membuat power point hasil diskusi untuk dipresentasikan pada saat meet online dan tentunya proses presentasi ini dan pembuatannya akan dinilai oleh guru dengan menggunakan pedoman penilaian berbentuk matrik dengan item penilaian tertentu. Melalui rangkaian kegiatan pembelajaran semacam ini setidaknya guru sudah menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu discovery learning secara online dan berusaha mengembangkan kemampuan scientific peserta didik meski dengan berbagai keterbatasan yang dihadapi namun kita sebagai guru harus memilih salah satu dari sekian model pembelajaran sebagai SOP dalam pembelajaran. Jangan lupa juga diakhir pembelajaran tatap muka untuk selalu melakukan refleksi tentang kegiatan peserta didik yang sudah dilakukan selama mengikuti pembelajaran dan bolehlah sesekali jika ada kelompok ataupun salah seorang peserta didik mendapatkan nilai tertinggi berikanlah award kecil-kecilan berupa voucher kuota agar dapat membantu sekaligus menambah semangat peserta didik untuk belajar secara online.





Gambar 5 Tampilan G-Meet Pre-Test dengan Quizziz

Untuk kegiatan pembelajaran secara asinkron atau dalam bentuk penugasan struktur KBM minimal harus menyertakan 3 kegiatan inti yaitu presensi kehadiran, upload materi dan referensi dan penilaian. Materi pembelajaran yang disuguhkan kepada peserta didik sebaiknya variative untuk menghindari kebosanan siswa dalam belajar. Sebagai contoh materi bisa dalam bentuk power point, video pembelajaran kreasi sendiri, link materi di internet, upload materi di blog pribadi, membuat forum di google classroom, penulis juga memiliki ide untuk menggunakan memakai media sosial Instagram atau facebook untuk mengajak peserta didik eksis dan bertukar pikiran.

Yang sedang hits adalah dalam pembelajaran asinkron penulis melaunching game edukasi pembelajaran berisikan kuis-kuis sederhana terkait dengan materi menggunakan nearpod. Dengan game edukasi berbentuk short link ini peserta didik seolah-olah sedang bermain game namun sebenarnya mereka sedang mengikuti kegiatan penilaian. Jadi kegiatan penilaian lebih variatif terkadang menggunakan google form, Microsoft forms, quizziz dan nearpod. Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak merasa bosan dan selalu tertarik dengan tampilan layar android system penilaian yang tidak monoton.





Gambar 6 Tampilan layar android game edukasi pembelajaran

Semua kegiatan pembelajaran jarak jauh di SMAN 1 Tuntang ini benar-benar berusaha menerapkan kompetensi guru Abad 21 meskipun secara wilayah, input peserta didik, sumber daya sekolah mengalami banyak keterbatasan. Ketrampilan abad 21 ini terinspirasi dari infografis yang ditampilkan di https://blog.kocoschools.com/academy/ dan penulis berharap pada waktu mendatang dapat mempelajari lebih jauh www.kocoschools.com untuk pembelajaran yang lebih efektif, efisien dan variatif dalam rangka optimalisasi layanan pembelajaran kepada peserta didik. Saat ini kita berusaha mengembangkan minat literasi peserta didik berbasis aplikasi dengan mengarahkan bapak/ibu guru untuk mengembangkan kompetensi guru dengan membuat digital book menggunakan e-book creator atau flip book dimana konten bukunya tidak tentang materi pelajaran namun lebih terkait dengan konten non-pelajaran seperti berita, tips dan trik, tutorial, motivasi, cerita non fiksi dan sebagainya yang tentunya dapat menarik minat peserta didik untuk membaca dan menambah wawasan.



Gambar 7 Kompetensi Guru Abad 21 dikutip dari https://blog.kocoschools.com/academy/

Melalui pembelajaran inovatif dan kreatif yang dilaksanakan dengan mengikuti perkembangan tekhnologi kami berharap bahwa learning loss yang dialami peserta didik selama masa pandemi dapat teratasi dan peserta didik tetap dapat belajar dengan baik dan semangat dengan adanya beragam model dan alat pembelajaran yang digunakan meskipun model pembelajaran secara jarak jauh dan tatap muka masih terbatas. Semua ini dilakukan tentu hanya dengan satu semangat menunaikan amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu kencerdaskan kehidupan bangsa serta mengikuti filosofi Pendidikan yang dilontarkan oleh Ki Hajar Dewantara pendidik dan pendiri Taman Siswa yaitu “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah” sehingga peserta didik dapat belajar dimana saja, kapan saja, dengan siapa dan dengan sumber belajar apapun yang tersedia terutama di era digital learning saat ini.


Penulis
Alvin Widyarto
Guru Ekonomi SMA Negeri 1 Tuntang























































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut